MAX WEBER THEORY OF BUREAUCRACY

Max Weber mungkin menjadi salah seorang yang paling berpengaruh di dunia karena pengaruh ajarannya pada ilmu pengetahuan sosial. Ia terkenal oleh karena studinya mengenai pembirokrasian masyarakat; banyak aspek dari administrasi publik moderen berpaling kepadanya; pendekatan klasik, pegawai pemerintah yang secara organisasi hirarkhis selanjutnya disebut “Weberian civil service.” akan tetapi, bertolak belakang dengan pendapat masyarakat umum, “bureaucracy” merupakan kata yang berasal dari inggris jauh sebelum Weber; Kamus Bahasa Inggris terbitan Oxford menyebutkan kata ini beberapa kali dalam edisi tahunan yang berbeda antara tahun 1818 dan 1860, sebelum tahun kelahiran Weber pada 1864.


Weber Theory Of Bureaucracy dilabeli sebagai “teori yang ideal” karena mencoba merumuskan sesuatu yang abstrak mengenai bagaimana seharusnya organisasi yang ideal dibentuk. Weber menggambarkan tipe birokrasi ideal dalam nada positif, membuatnya lebih berbentuk organisasi rasional dan efisien daripada alternatif yang terdapat sebelumnya, yang dikarakterisasikan sebagai dominasi karismatik dan tradisional. Menurut terminologinya, birokrasi merupakan bagian dari dominasi legal. Akan tetapi, ia juga menekankan bahwa birokrasi menjadi inefisien ketika keputusan harus diadopsi kepada kasus individual.
Menurut Weber, atribut birokrasi moderen termasuk kepribadiannya, konsentrasi dari arti administrasi, efek daya peningkatan terhadap perbedaan sosial dan ekonomi dan implementasi sistem kewenangan yang praktis tidak bisa dihancurkan. Birokrasi ala Weber dikenal juga dengan sebutan “Birokrasi Weberian”.
Berikut beberapa pemikiran-pemikirannya:
• Weber percaya bahwa birokrasi seharusnya dioperasikan dalam sistem hierarki.
Menurut prinsip ini, organisasi harus diatur dalam sistem hierarki vertikal yang ketat dan komunikasi antar pekerja dibatasi sesuai jabatannya
• Weber merancang sistem birokrasi agar memiliki pembagian kerja.
Karena menganut aliran klasik dimana manusia dianggap seperti mesin, maka terjadi pembagian kerja sebagaimana spare part dalam tubuh mesin, dimana masing-masing bagian memiliki spesifikasi kerja yang berbeda.
• Birokrasi memiliki karakteristik bahwa alur kekuasannya terpusat.
Dalam pandangan ini, organisasi dianggap akan menjadi paling efektif apabila manajemen pusat memiliki kontrol terhadap proses pengambilan keputusan dan kegiatan pekerja.
• Weber menekankan bahwa sistem birokrasi adalah sistem tertutup.
Menurut Weber, organisasi seharusnya menutup diri dari lingkungannya karena dapat mengganggu kinerja organisasi.
• Weber juga menekankan bahwa peraturan sangat penting dalam sistem birokrasi.
Menurutnya, semua hal dalam organisasi harus memiliki peraturan tertulis agar pekerjaan berjalan dengan teratur dan formal.
• Adanya functioning of authority (fungsi kekuasaan) yang dibagi menjadi tiga bagian:
a. Traditionally authority, yaitu kekuasaan yang berasal dari kepercayaan secara tradisional, misalnya mengenai penetapan Ratu Elizabeth sebagai ratu Inggris karena kepercayaan lama.
b. Charismatic authority, yakni kekuasaan yang berdasarkan kemampuan seseorang untuk berinteraksi atau menarik hati orang lain. Kekuasaan tipe ini sangat tidak stabil.
c. Rational-legal authority, adalah kekuasaan yang didapatkan dari kemampuan individu. Weber sangat menekankan pada kekuasaan tipe ini karena menurutnya ini adalah dasar dari functioning of authority.

1. KELEBIHAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
a. Ada Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi
Dalam model teori birokrasi Max Weber, ditekankan mengenai pentingnya peraturan. Weber percaya bahwa peraturan seharusnya diterapkan secara rasional dan harusnya ada peraturan untuk segala hal dalam organisasi. Tentunya, peraturan-peraturan itu tertulis. Dengan demikian, organisasi akan mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya
b. Ada Spesialisasi Pekerjaan dan Job Description yang Jelas
Dalam sistem ini, terdapat pembagian tugas yang spesifik, seperti halnya mesin, dimana setiap orang hanya mengerjakan pekerjaan tertentu yang telah didelegasikan kepadanya. Dengan demikian, pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan cepat serta tidak ada benturan kepentingan karena masalah overlapping pekerjaan.
c. Ada Hierarki Otoritas yang Formal, Sehingga Memudahkan Pengkoordinasian
Dengan adanya hierarki otoritas, masing-masing pekerja tahu dimana posisinya dan otomatis akan mengikuti perintah supervisor/atasannya, sehingga proses pengkoordinasian pekerja menjadi mudah.

KEKURANGAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
a. Hierarki Otoritas Yang Formal Malahan Cenderung Kaku
Karena sistem hierarki perusahaan, maka bawahan akan segan menyapa atasannya kalau tidak benar-benar perlu. Hal ini menciptakan suasana formal yang malah cenderung kaku dalam organisasi.
b. Aturan dan Kontrol yang Terlalu Rinci Menyebabkan Impersonality atau Melupakan Unsur-Unsur Kemanusiaan
Tidak ada antusiasme maupun keceriaan dalam organisasi karena segala sesuatunya sudah diatur sedemikian rupa. Manusia disamakan dengan mesin yang tidak punya hati dan hanya bekerja demi perusahaan.

Sistem birokrasi masih cukup relevan untuk dipakai sampai saat ini, karena ada beberapa organisasi tertentu yang butuh hierarki organisasi dan aturan/kontrol yang ketat. Yang paling tampak adalah organisasi militer, misalnya TNI. TNI butuh peraturan tegas untuk melatih disiplin anggotanya. Mereka juga butuh struktur organisasi yang jelas terkait dengan pengkomandoan pasukan. Alur kekuasannya pun menggunakan prinsip centralization atau pemusatan perintah, dimana perintah harus turun langsung atau mendapat persetujuan dari pemimpin sebelum mereka mulai bergerak. Dari sini dapat kita lihat betapa mereka masih bergantung pada sistem birokrasi.
Badan-badan pemerintah juga menggunakan sistem birokrasi, terutama terkait dengan struktur organisasi. Biasanya, lembaga negara sangat menerapkan prinsip centralization, dimana mereka takut bertindak kalau tidak ada perintah atasannya. Dalam bekerja pun mereka cenderung lambat karena harus melewati berbagai tahap dan bermacam-macam orang dari beragam jabatan sebelum akhirnya menyelesaikan pekerjaan. Contoh : pengurusan surat tanah yang memakan waktu lama
Akan tetapi, organisasi tidak mungkin membebaskan diri sepenuhnya dari struktur. Apabila tanpa struktur, maka anggota organisasi akan kesulitan dalam mengerjakan tugas organisasi, terutama dalam mengkoordinasi anggota lain. Terlebih, menurut Arni Muhammad (2005) salah satu karakteristik organisasi adalah terstruktur. Untuk mencapai tujuannya, organisasi butuh aturan, undang-undang, dan hierarki yang dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi yang merupakan fungsi utama berdirinya organisasi tersebut.
Selain itu, dalam suatu organisasi dibutuhkan koordinasi agar setiap bagian organisasi dapat bekerja dengan baik. Dengan adanya struktur, maka proses pengkoordinasian ini akan semakin efektif karena tiap orang tahu dimana letak kewenangannya. Struktur menempatkan anggota dalam strata tertentu dalam organisasi dimana mereka akan punya ‘atasan’ dan ‘bawahan’. Atasan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan bawahannya dan bawahan seharusnya menuruti perintah dari atasannya. Tugas organisasi akan didistribusikan oleh atasan kepada bawahan dan si atasan akan mengontrol serta mengawasi kinerja bawahannya. Tugas organisasi pun dapat diselesaikan dengan baik dan teratur. Apabila tanpa struktur, maka proses koordinasi akan sulit karena tiap anggota pasti tidak mau ‘diperintah’ karena merasa posisi mereka sejajar. Mereka semua pasti ingin menjadi yang ‘teratas’ dan akibatnya, tugas organisasi menjadi terabaikan karena kerap terjadi pertentangan ego antar anggota.

Tinggalkan komentar